SPcom JAKARTA – PT Pelni memecat seorang pejabatnya karena akan mengadakan pengajian dengan penceramah yang dianggap Radikal oleh Komisaris Independen PT Pelni Dede Budhyarto.
Hal ini membuat Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan angkat bicara. Bahkan ia meminta penjelasan Menteri BUMN Erick Thohir terkait hal tersebut.
“Janganlah terlalu mudah memberikan stigma radikal, karena istilah radikal sendiri masih menjadi perdebatan yang kemudian tak jelas substansi apanya yang radikal, kemudian dijadikan alasan pembatalan ceramah di PT Pelni,” kata Amirsyah kepada media, Sabtu (10/4/2021).
Menurut Amirsyah, jangan sampai istilah Radikal malah memecah belah NKRI.
“Dan janganlah mudah melakukan tuduhan salafi dan wahabi dijadikal alat memukul. Karena dakwah pada dasarnya merangkul, bukan memukul, mengajak bukan mengejek, memberikan solusi, bukan menebar simpati,” jelasnya.
Amirsyah juga mempertanyakan pembatalan sejumlah ustaz yang akan berceramah di dalam kajian tersebut. Padahal tema ‘Ramadhan Memperkuat dan Memperteguhkan Iman’ dalam pengajian tersebut relevan dengan kondisi saat ini.
“Mengapa ini terjadi di negeri yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Di negara yang toleran, justru tindakan pembatalan inilah yang menimbulkan intoleran,” terangnya.
Rencananya dalam pengajian yang digelar Badan Kerohanian Islam PT Pelni tersebut akan diisi sejumlah ustaz yaitu Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH M Cholil Nafis, Ustadz Syafiq Riza Basalamah, serta Ustadz Firanda Andirja.
“Kalau mau jujur tolong dilakukan pembinaan karena mereka selama ini dikenal sebagai ustadz populer yang ceramahnya juga banyak ditemukan di Youtube, kok enggak di evaluasi, kok tiba-tiba disebut radikal,” ungkapnya.
Ia juga meminta PT Pelni lebih fokus mengurus kerugian yang dideritanya hingga ratusan miliar rupiah selama pandemi ini.
“Kita sangat prihatin ditengah pandemi Covid-19, PT Pelni mengalami kerugian 862 miliar, Kok tidak fokus menghadapi Covid-19, masih saja tega membuat kegaduhan. Saya mengajak pemimpin BUMN arif dan bijak dalam menyelesaikan permasalahan di internal tersebut,” tandasnya.
Sekadar informasi, seorang pejabat PT Pelni dikabarkan dicopot dari jabatannya karena merencanakan kajian Ramadhan. Informasi tersebut dicuitkan oleh Komisaris Independen PT Pelni Dede Budhyarto melalui akun twitternya @kangdede78.
“Pejabat yang terkait dengan kepanitiaan acara tersebut telah dicopot. Ini pelajaran sekaligus warning (peringatan) kepada seluruh BUMN, jangan segan-segan mencopot ataupun memecat pegawainya yang terlibat radikalisme. Jangan beri ruang sedikit pun, berangus,” kata Dede.(Sp)