SPcom TANGSEL – Sungguh ironis nasib sebagian tenaga kesehatan (Nakes) di RSUD Tangerang Selatan, Banten. Tidak hanya menerima upah di bawah UMK, tunjangan jasa pelayanan (Jaspel) pun terpangkas signifikan.
Saat berbincang kepada wartawan, Kamis (26/8/2021), Dua pegawai RSUD Tangsel meminta untuk tidak disebutkan identitasnya.
Fulan (samaran, pria) mengatakan, dirinya telah dua tahun bekerja di salah satu instalasi yang ada di RSUD Tangsel. Ia lulusan jenjang Diploma 3 (D3) dan hanya mendapatkan gaji pokok kurang dari Rp 3 juta.
“Jauh dari Rp 3 juta, padahal UMK Tangsel saja sekitar Rp 4,3 juta,” ungkapnya.
Menurutnya, sebelum pandemi Covid-19 pendapatannya terbantu dengan tunjangan Jaspel. Tunjangan tersebut terdiri dari Jaspel pasien BPJS Kesehatan, Jaspel pasien umum dan Jaspel E-KTP warga Tangsel.
Fulana (samaran, perempuan) pun menambahkan, untuk Jaspel pasien BPJS Kesehatan dulu antara Rp 1,7-2,8 juta per bulannya. Sementara untuk Jaspel pasien umum bisa satu jutaan, dan pasien E-KTP warga Tangsel bisa mencapai Rp 2,5 jutaan.
“Sekarang yang jaspel dari BPJS hanya Rp 300-400 ribu per bulan dan jaspel e-ktp itu Rp 700 ribu per enam bulan. Ya kalau ditotal per bulan ditambah gaji pokok tetap di bawah Rp 3 juta,” jelasnya.
Padahal, lanjut Fulana, ia dan teman-temannya telah beberapa kali bertemu dengan pihak manajemen RSUD Tangsel terkait hal ini.
“Sudah beberapa kali, kita bawa aturan UMK Tangsel dan perbandingan dengan pegawai di rumah sakit lain. Tapi sudah dua tahun ini juga tidak ada kenaikan gaji, malah tunjangan merosot,” tutur perempuan lulusan sarjana ini.
Ia berharap agar pihak manajemen RSUD Tangsel memperhatikan kesejahteraan para pegawainya.
“Kami hanya berharap para Nakes di RSUD Tangsel itu dimanusiakan selayaknya,” tandas ibu anak satu ini.(Sp)
