SPcom JAKARTA – Panglima Kostrad Letjen TNI Dudung merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1988 kecabangan Infanteri. Menurutnya, dalam, menjadi prajurit TNI yang paling penting adalah memegang teguh pedoman Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan delapan wajib TNI.
“Dengan pedoman itulah, nilai-nilai luhur yang harus kita pertahankan di dalam kita mengabdi sebagai prajurit TNI. Dan Pancasila harus kita pegang teguh, begitu juga di dalam 8 wajib TNI,” jelasnya.
Ditegaskan oleh Dudung, TNI harus bisa hadir di tengah-tengah masyarakat. Karena TNI sendiri berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
“Apapun kesulitan rakyat, apapun kebutuhan rakyat, TNI harus hadir di situ karena kan TNI juga digaji oleh rakyat. Jadi kalau kita tidak bebuat buat rakyat, terus mau ngapain? Kalau untuk negara, prajurit itu sudah gak usah pakai mikir lagi. Lakukan, itu aja,” tegasnya.
Sebagai Panglima Kostrad, Dudung pun ingin meningkatkan kemampuan para prajuritnya agar siap dengan berbagai kondisi operasi. Menekankan latihan yang keras, Dudung tidak mau nantinya prajurit Kostrad kalah, bahkan gugur di medan perang.
“Prajurit Kostrad itu memang pasukan terpilih, sudah bagus karena bahannya bagus. Makanya saya tekankan sama mereka, lebih baik kalian mandi keringat di daerah latihan, daripada mandi darah di daerah pertempuran. Penekanannya memang harus latihan keras,” kata mantan Pangdam Jaya ini.
Tidak hanya dibekali dengan kemampuan fisik dan strategi militer, Dudung juga membekali para prajuritnya dengan kemampuan komunikasi serta emosional. Sehingga ketika di daerah operasi, bisa membedakan yang mana masyarakat biasa dan targetnya.
“Jangan pukul rata di sana, operasi tetapi cintai rakyat sekelilingnya. Syukur-syukur KKB itu dengan kebaikan kita dan kesejahteraan masyarakat karena periaku baik kita, mereka menyerahkan diri,” tuturnya.(Badar)