SPcom BENGKULU – Seorang siswi kelas VII atau kelas I SMP di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, diduga menjadi korban penganiayaan oknum Kepala Sekolah (Kepsek) di tempat korban menimba ilmu tersebut.
Peristiwa tersebut terjadi ketika perempuan 13 tahun ini sedang mengikuti kuliah tujuh menit (kultum) di lapangan upacara di sekolahnya.
Saat itu, korban bersama rekanya sedang mengobrol. Namun, oknum kepala sekolah tersebut diduga langsung mencekik di bagian leher, mencubit dan menarik tangan sebelah kirinya.
Akibatnya, saat kejadian korban merasa kesakitan dan memar di bagian tangan sebelah kiri. Peristiwa itu dialami korban dihadapan rekan-rekan satu sekolahnya yang mencapai ratusan siswa/i.
Usai mendapatkan dugaan penganiayaan, anak tersebut tetap masuk ke dalam kelas hingga jadwal pulang sekolah.
Namun, saat itu korban menangis lantaran malu atas kejadian yang menimpanya di hadapan rekan-rekannya.
Tak sampai di situ, kejadian ini korban mengalami trauma, dan tidak ingin bertemu dengan sosok orang yang tidak dikenal. Bahkan, ketika tiba di rumah, korban sempat tidak ingin mengobrol dengan kedua orangtuanya.
Dikonfirmasi, ayah korban, Kn (46) warga Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu mengatakan, peristiwa ini baru dikethaui ketika dia baru pulang kerja, pada Jumat 30 september 2022, siang.
Dari cerita anaknya, Kn mengatakan, peristiwa itu terjadi ketika agenda kultum di lapangan upacara sekolah. Kejadian yang menimpa anaknya tidak ada teguran terlebih dahulu.
Namun, oknum kepala sekolah diduga langsung mencekik dan mencuit anaknya. DUgaan penganiayaan ini hanya dialami anaknya. Sementara, rekannya tidak ada sama sekali diperlakukan hal yang sama.
“Usai kejadian anak saya trauma berat. Sebab kejadian ini terjadi di depan orang banyak. Aaak saya tidak berani ke sekolah, tidak ingin bertemu dengan orang yang tidak di kenal,” kata Kn, saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Minggu (2/10/2022).
Usai mendapatkan perlakuan dari oknum kepala sekolah tersebut, terang Kn, dirinya berobat ke salah satu rumah sakit umumd daerah di Kota Bengkulu. Selain berobat, anak juga dilakukan visum.
“Kondisi pada malam hari ini, memar di tangan sebelah kiri sudah mulai hilang, namun tangan sebelah kiri tersebut ketika di angkat masih terasa sakit,” ujar Kn.
Paska kejadian, pihak sekolah dalam hal ini wali kelas korban sudah menjenguk anaknya. Kondisi anaknya sudah mulai membaik. Hanya saja, masih takut ke sekolah dan bertemu dengan orang.
“Kalau trauma masih, anak saya tidak berani ke sekolah. Tidak mau bertemu dengan orang yang tidak dikenal,” pungkas Kn. (SP)