SPcom BALI – Baru-baru ini viral di media sosial sebuah video yang menampilkan seorang perempuan menari joget bumbung khas Bali, namun dengan unsur erotis. Dalam video yang itu, sang penari joget memperlihatkan bagian pahanya sambil terus menari, bahkan ada yang sampai sambil memegang alat vital pria.
Dinas Kebudayaan (Disbud) Bali sendiri sudah pernah menegaskan sekaligus mengedukasi para seniman untuk tidak mementaskan tarian Bumbung secara erotis.
Joged Bumbung adalah salah satu tarian tradisional dan pergaulan di Bali. Biasanya tari ini dipentaskan dalam acara sosial kemasyarakatan di Bali, seperti acara pernikahan, pada musim sehabis panen, dan hari-hari raya.
Tari Joged Bumbung ini menjadi tari pergaulan masyarakat Bali yang kemudian menjadi tradisi. Joged Bumbung juga masuk sebagai salah satu dari sembilan Tari Bali yang menjadi warisan budaya tak benda dunia.
Tarian ini diperkirakan berasal dari daerah Buleleng dan sudah ada sejak tahun 1940-an. Tarian ini awalnya adalah sebuah tarian pergaulan yang diciptakan oleh para petani untuk menghibur kala sedang istirahat setelah bekerja di lumbung.
Tarian ini pun banyak diminati oleh masyarakat dan menjadi kelompok-kelompok seni. Joged Bumbung adalah tarian bersifat partisipatif, dengan mengajak penonton menari bersama.
Ditarikan oleh penari perempuan, yang kemudian mencari pasangan pria dari para penonton untuk diajak menari bersama.
Tarian joged bumbung ini memiliki pola gerak yang lincah dan dinamis serta dibawakan dengan penuh improvisasi dari penari.
Joged bumbung juga menginspirasi keluarnya jenis tarian baru yang dikenal sebagai Tari Agirang. Tari Joged Bumbung mengandung nilai-nilai moral dan mengangkat tema sosial.
Tujuan diciptakannya karya tari Agirang agar mengubah persepsi masyarakat Bali terhadap tari Joged Bumbung yang telah berkembang lebih erotis.
Joged Bumbung sejatinya diharapkan tetap memiliki nilai-nilai budaya tinggi yang berfungsi sebagai hiburan bagi masyarakat lokal maupun wisatawan. (SP)