“Kalau malam sering terdengar suara tangis dan jeritan minta tolong perempuan,” ujar Dandit Sutrisno, pengelola Benteng Pendem.
SPcom JAKARTA – Terletak di jalan Benteng, Sentolokawat, Pantai Teluk Penyu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, keberadaan Benteng Pendem Cilacap, yang merupakan peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda, memang cukup menggelitik. Selain bangunan benteng yang unik, lantaran sebagian terpendam di bawah tanah, keberadaan beragam mitos dan cerita horor yang memayungi kawasan benteng seluas 6,5 hektar, yang dibangun Pemerintah Belanda dari tahun 1861 hingga 1879 tersebut, juga menarik minat para penguji nyali untuk menelisik benteng ini.
Terdapat dua makam wingit yang ada di atas bukit. Konon, ini adalah makam Sekar Wulung dan Sekar Taji, dua dayang-dayang Nyi Roro Kidul, yang dimakamkan di areal ini pada kisaran tahun 1520. Seperti layaknya lokasi makam tua dan wingit, aura tak biasa juga langsung terasa saat kita menjejakan kaki di makam ini.
Tapi anehnya, meski menyebarkan aura tak biasa dan menyangkak, tapi justru di areal dua makam inilah para penganut hal-hal gaib acap bersemedi, dan menebar sesaji untuk berbagai macam tujuan mereka masing-masing. Konon lokasi makam ini menjadi lokasi favorit untuk bersemedi, lantaran para pelakonnya meyakini, jika di sini terdapat pintu gerbang serta terowongan gaib menuju Pulau Nusa Kambangan.
Dari areal makam wingit Sekar Taji dan Sekar wulung, terdapat pula lokasi barak tentara Belanda yang dilengkapi dengan penjara bawah tanah dan juga ruang penyiksaan. Lagi-lagi aura tak biasa dan gambaran kelam langsung menyergap di lokasi ini. Karena di penjara dan di ruang penyiksaan inilah, kabarnya perempuan-perempuan Indonesia disekap dan diperlakukan dengan sangat tidak manusiawi, oleh bala Tentara Belanda.
Tidak heran jika saat malam tiba, dari lokasi ini acap terdengar jeritan dan tangis menyayat perempuan minta tolong. “Ya, ini dulunya barak tentara Belanda. Di sini tempat perempuan-perempuan Indonesia disandera dan dijadikan budak seks. Mereka pun acap disiksa di ruangan ini. Makanya kalau malam sering terdengar suara tangis dan jeritan minta tolong perempuan,” ujar Dandit Sutrisno, pengelola Benteng Pendem.
Kondisi yang tak kalah horor hadir dari ruang klinik, yang lokasinya tidak berjauhan dengan ruang penjara bawah tanah dan ruang penyiksaan. Di klinik ini hanya terdapat dua ruangan utama, yang masing-masing berfungsi untuk ruang perawatan dan ruang operasi. Namun sama seperti ruang penyiksaan, ruang klinik yang dulunya sarat dengan darah, juga menyemburkan aura yang membuat bulu kuduk merinding.
Namun, dari keseluruhan areal Benteng Pendem, titik yang paling mistis justru terdapat di areal Terowongan Benteng. Karena terowongan ini memiliki akses hingga menembus ke arah pantai, serta lagi-lagi dilengkapi dengan penjara bawah tanah dan ruang penyiksaan. Dan di ruang penyiksaan inilah, para pekerja rodi yang membuat benteng pendem disiksa oleh Tentara belanda, hingga tidak sedikit yang meregang nyawa.
“Tidak heran, jika di malam-malam tertentu di lokasi ini juga sering terdengar suara-suara minta tolong dan teriakan kesakitan. Yang lebih menyeramkan lagi, di lokasi ini pula sering hadir penampakan sosok perempuan menyeramkan, yang diyakini merupakan arwah penasaran dari korban penyiksaan di masa lalu,” tandas Dandit Sutrisno. (SP)