Selain melakukan pembersihan diri secara jasmani dan menghilangkan pengaruh negatif, Melukat juga dapat menyembuhkan penyakit non medis
SPcom JAKARTA – Masyarakat Bali yang sebagian besar beragama Hindu, dalam kesehariannya lekat akan berbagai tradisi, baik yang berakar pada budaya dan kearifan local, maupun nilai-nilai Agama hindu yang mereka anut. Salah satunya adalah Melukat, yang berasal dari dua suku kata, Su dan Lukat. Su berarti baik, dan Lukat yang berarti pensucian. Jadi, Melukat memiliki makna pembersihan diri secara sekala dan niskala (jasmani dan rohani).
Uniknya, meski kental dengan unsur Hindu Bali, namun Melukat bisa dilakukan oleh siapapun yang ingin mensucikan diri tanpa memandang agama yang dianut. Tidak heran, jika tradisi melukat juga trend di kalangan turis di Pulau Dewata. Sebagai sebuah tradisi adat yang berakar pada Agama Hindu, melukat biasanya digelar pada saat Bulan Purnama, Tilem, dan juga Kajeng Kliwon.
Dan salah satu lokasi Melukat yang banyak diminati warga Bali dan juga para turis adalah, Pelukatan Sapta Gangga, yang terletak di Pura Tirta Empul, Desa Adat Timbrah, Kecamatan Karangasem, Bali. Bersumber dari 1 mata air yang ada di lokasi, konon tujuh pancuran tersebut diyakini bersumber dari 7 sungai suci di India, yaitu Sungai Gangga, Sindu, Saraswati, Yamuna, Godawari, Narmada, dan Serayu yang bersumber dari mata air Dewi Gangga.
Selain dilakukan secara bersama-sama, Melukat bisa juga dilakukan secara sendiri-sendiri. Namun, sebelum melukat untuk diri sendiri, biasanya orang yang bersangkutan terlebih dahulu melakukan doa, yang intinya menyatakan tujuan dan harapan dengan membawa Canang atau rangkaian Janur dan Bunga.
Selanjutnya, Melukat pun sudah bisa dilakukan, yaitu membasuh seluruh tubuh dengan air dari selurun pancuran yang memiliki sumber air yang disakralkan. Dengan demikian, selain melakukan pembersihan diri secara jasmani dan menghilangkan pengaruh negatif, Melukat juga dapat menyembuhkan penyakit non medis.
“Pernah ada warga yang melukat di sini, ternyata setelah itu keluar ulat dari tubuhnya. Usut punya usut, ternyata ia mendapat kiriman penyakit non medis dari sesorang,” ujar Ketut Dewa, salah satu pengurus Pelukatan Sapta Gangga. (SP)