SPcom JAKARTA – Sebuah merek peralatan makanan populer, Tupperware, dikabarkan akan mengajukan surat permohonan pailit atau kebangkrutan pekan ini. Bloomberg News pada hari Senin (16/9), mengatakan bahwa kabar itu berasal dari sumber yang dekat dengan bisnis Tupperware Brands.
Persiapan kebangkrutan ini menyusul negosiasi yang berlarut-larut antara Tupperware dan pemberi pinjamannya mengenai cara mengelola utang lebih dari US$700 juta.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1946 oleh ahli kimia Earl Tupper. Popularitasnya mulai melejit pada tahun 1950-an ketika perempuan dari generasi pasca perang mengadakan “pesta Tupperware” di rumah mereka.
Acara itu bertujuan untuk untuk menjual wadah penyimpanan makanan guna mencari pemberdayaan dan kemandirian.
Merek ini bisa dibilang cukup terbantu dengan adanya pandemi Covid-19.
Penjualannya meningkat, terutama di keluarga-keluarga yang tinggal di rumah, memasak lebih banyak, dan menghasilkan banyak sisa makanan. Sayangnya, penjualan telah menurun dalam beberapa kuartal terakhir seiring dihapusnya kebijakan lockdown.
Laporan Bloomberg News pada hari Senin juga menyebutkan bahwa Tupperware berencana untuk mendapatkan perlindungan pengadilan setelah melanggar persyaratan utangnya dan meminta penasihat hukum dan keuangan.
Tanda-tanda melemahnya bisnis Tupperware mulai terlihat tahun lalu, yaitu ketika saham mereka turun hampir 50% pada bulan April 2023.
Sejak saat itu, Tupperware berupaya mencari pembiayaan untuk bertahan dalam bisnis. Akan tetapi, mereka juga mengakui tidak memiliki cukup uang tunai untuk mendanai operasi jika gagal melakukannya.
“Tupperware telah memulai perjalanan untuk membalikkan operasi kami dan hari ini menandai langkah penting dalam mengatasi posisi modal dan likuiditas kami,” kata CEO Tupperware, Miguel Fernandez. (SP)