suryapagi.com
MISTERIRAGAM

Misteri Suara Gong dan Gamelan di Gunung Goong Sukabumi  

Selain dipercaya sebagai sebuah kerajaan makhluk halus, Gunung Goong juga disebut-sebut sebagai tempat pertemuan para Raja dan Ratu

SPcom JAKARTA – Terletak Desa Cipurut, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Gunung Goong yang merupakan anak Gunung Manglayang, ternyata  berpayung kisah mistis yang tak banyak diketahui oleh masyarakat luar.  Tapi bagi masyarakat setempat, kisah itu tak pernah lekang ditinggal zaman.

Menurut kepercayaan masyarakat, dari Gunung Goong acap terdengar suara gong dan gamelan, yang muncul pada waktu-waktu tertentu. Suara itu disebut bersumber dari kehidupan dunia lain, yang dikaitkan dengan kerajaan makhluk halus bangsa jin.

Terkait cerita mistis itu, masyarakat di Kecamatan Cireunghas sudah mafhum, bahwa pada waktu-waktu tertentu di Gunung Goong sering terdengar suara gong berkali-kali ditabuh dan terkadang bunyi gamelan layaknya ada sebuah pesta pernikahan.

Selain dipercaya sebagai sebuah kerajaan makhluk halus, Gunung Goong juga disebut-sebut sebagai tempat pertemuan para Raja dan Ratu. Nyi Roro Kidul dikisahkan melakukan perjalanan menuju Gunung Manglayang lewat Sungai Cimandiri, sedangkan Raden Surya Kencana melakukan perjalanan dari Gunung Gede.

Terlepas dari mitos yang berkembang di masyarakat, Gunung Goong sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda melalui Staats Spoorwegen (SS) atau Perusahaan Kereta Api Negara. Saat itu, mereka gencar melakukan pembangunan jalur Kereta Api pada paruh kedua abad ke-19 yakni dari Stasiun Sukabumi hingga ke Stasiun Cianjur pada 10 Mei 1883 dengan panjang jalur mencapai 39 kilometer.

Konon, upaya pemerintah kolonial dalam membuka jalur kereta api ke wilayah pedalaman Jawa Barat dimaksudkan untuk mempermudah mengangkut hasil bumi seperti teh, karet, kopi dan kina. Nantinya hasil bumi tersebut akan dikirimkan ke ibukota koloni di Batavia (Jakarta) yang sudah terhubung dengan jalur kereta api di Buitenzorg (Bogor) sejak 31 Januari 1873.

Selain perihal ekonomi, jalur kereta itu juga digunakan untuk kepentingan militer dalam ‘membersihkan’ Bumi Putera yang menantang kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Salah satu tokohnya ialah Raden Prawata Sari. Pembangunan jalur kereta dari Stasiun Gandasoli-Stasiun Cireunghas menggunakan para pekerja dengan sistem Rodi.

Mereka adalah tawanan perang Diponegoro dan tahanan lainnya serta dibantu penduduk sekitar. Pada waktu,  wilayah tersebut masih berupa hutan rimba dan banyak dihuni binatang buas disepanjang alur sungai Cimandiri yang kini menjadi jalur kereta kedua desa tersebut.  Di Kampung Cibenteng yang berdekatan dengan sungai Cimandiri, pihak Belanda membangun benteng tentara yang mengawasi para pekerja.

Kemudian di atas bukit yang berada di sebelah utara antara benteng dan jalur kereta api, pemimpin tentara Belanda menaruh gong besar. Gong tersebut akan ditabuh sebagai sinyal bagi para pekerja paksa. Sejak saat itulah, bukit tersebut dinamai oleh masyarakat dengan sebutan Gunung Goong. (SP)

Related posts

Kasus Prank KDRT Baim Wong Terancam 10 Tahun Penjara

Ester Minar

Viral, Usul Hapus 300 Ayat Al-quran, Pendeta Saifuddin Ibrahim Dipolisikan

Ester Minar

Venna Melinda dan Ferry Irawan, Janda Duda Yang Lagi Bucin

Ester Minar

Leave a Comment