SPcom BOGOR – Menteri Kebudayaan Fadli Zon meresmikan Museum Kujang Pusaka di Kampung Budaya Sunda Paseban, Kabupaten Bogor. Museum ini menjadi rumah bagi Kujang Kanjeng Kiai Bhairawa, sebuah kujang raksasa seberat 1,5 ton yang dibuat dengan teknik tradisional.
Hal ini adalah salah satu upaya pelestarian budaya Indonesia, dengan fokus pada kebudayaan Sunda sebagai bagian dari misi besar menjadikan Indonesia sebagai pusat kebudayaan dunia.
Salah satu langkah terbarunya adalah menggandeng para seniman Sunda untuk melestarikan salah satu warisan budaya Tanah Pajajaran, yaitu Kujang.
“Kujang yang tertua dari abad ke sembilan. Kita sudah melakukan studi bagaimana formasi dan deformasi dari kujang sejak periode-periode awal. Dan varian-varian kujang dari berbagai kesultanan di Jawa, khususnya Jawa Barat kemudian dikumpulkan menjadi sebuah koleksi di Gedung Pusaka yang sekarang kita mau resmikan sebagai Museum Kujang,” ujar Fadli Zon saat meresmikan Museum.
Proses pembuatannya melibatkan pengrajin keris dari Madura dan memakan waktu dua tahun untuk penyelesaiannya. Kujang, senjata tradisional khas Jawa Barat, memiliki sejarah panjang yang dimulai dari abad ke-9.
Sebagai bagian dari upaya pelestarian kebudayaan Sunda, peresmian Museum Kujang juga bertepatan dengan Hari Bambu Nasional pada 26 November. Fadli Zon dan Yayasan Bambu Indonesia melakukan penanaman 100 pohon bambu, simbol upaya penghijauan dan pelestarian alam.
Kampung Budaya Sunda Paseban juga dikenal sebagai kawasan yang melestarikan arsitektur tradisional Sunda yang hampir punah. Berbagai jenis rumah tradisional seperti Badak Helai, Jalopong, dan Siritewel dibangun ulang di sini, dengan filosofi yang mendalam dan menggunakan bahan bambu yang ramah lingkungan.
Selain itu, Kampung Paseban aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan budaya seperti festival pencak silat dan pertunjukan gamelan, yang menarik perhatian masyarakat dan generasi muda.
“Jadi Paseban ini adalah nama yang sudah sejak turun-temurun ada di sini. Jadi bukan nama baru. Kampung ini memang kampung Paseban. Ki Jatnika melihat ini juga bagian dari sebenarnya kawasan yang dulunya mungkin merupakan semacam petilasan,” ucapnya.
Fadli Zon juga mengusulkan kegiatan baru seperti Paseban Writers Festival dan Jazz Festival untuk meningkatkan minat generasi muda terhadap kebudayaan Sunda. Kampung ini juga menjadi rumah bagi Bale Adat, yang menyimpan gamelan pusaka dari Giri Harja II, memperkaya koleksi budaya yang dapat dinikmati oleh pengunjung.
Fadli Zon menggarisbawahi pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai keberlanjutan dalam kebudayaan, yang disebutnya sebagai budaya hijau. Ia berharap inisiatif ini bisa memotivasi masyarakat untuk menjaga keseimbangan antara budaya dan alam, serta menciptakan mental dan mindset budaya yang ramah lingkungan.
Museum Kujang Pusaka di Kampung Budaya Sunda Paseban menjadi langkah awal dalam mewujudkan pusat kajian budaya Sunda yang lebih besar di masa depan. Fadli Zon mengusulkan agar sebuah museum kujang yang lebih besar dan mudah diakses dibangun di daerah Kabupaten Bogor.
“Karena Museum Keris sudah ada di Solo. Museum Kujang ini mudah-mudahan menjadi semacam rintisan. Nanti yang akan datang kita akan mencari tempat yang lebih mudah dicapai. Sehingga ada satu museum kujang sendiri. Seharusnya ya di Kabupaten Bogor mungkin di daerah Pemda situ ya, Ada museum kujang Yang lebih mudah diakses,” jelasnya.
Hal ini diharapkan dapat menarik lebih banyak pengunjung dan memberikan ruang untuk pendidikan dan kajian lebih mendalam tentang budaya Sunda dan sejarahnya.
Dengan semua upaya ini, Fadli Zon menunjukkan komitmennya untuk menjaga warisan budaya Indonesia dan memastikan bahwa kebudayaan lokal seperti yang ada di Sunda tetap hidup dan dihargai di era modern ini.
Kampung Paseban dan Museum Kujang Pusaka adalah contoh nyata dari bagaimana budaya, alam, dan keberlanjutan dapat berjalan beriringan dalam menciptakan masa depan yang lebih baik. (SP)