Kematian Wlingi Kusuma yang tidak semestinya membuat Sri Wasiati semakin bingung. Sehingga memohon petunjuk dari Tuhan Semesta Alam. Dirinya pun melakukan tapa pendem hingga meninggal dunia
SPcom JAKARTA – Terletak sekitar 15 km dari pusat Kota Purbalingga, Jawa Tengah, Desa Limbasari menyimpan legenda yang mematri hingga saat ini. Ya, legenda Putri Ayu Limbasari. Sosok Putri Ayu Limbasari tidak lepas dari seorang penyebar dakwah dari Turki bernama Syech Gandiwasi. Dirinya datang kepada Panembahan Senopati di Mataram untuk memohon izin untuk dapat menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Syekh Gandiwasi ini bisa menyingkirkan gangguan makhluk halus hingga menghasilkan nama wilayah Desa Dagan. Setelah melakukan perjalanan, Syekh Gandiwasi kemudian tinggal di sebuah hutan yang dikenal dengan nama Limbasari.
Sosok pendakwah ini memiliki seorang murid bernama Ketut Wlingi. Kela murid ini dinikahkan dengan anaknya yang bernama Siti Rumbiah. Dari pernikahan ini, dianugerahi seorang putri bernama Sri Wasiati. Sri Wasiati inilah yang kemudian dikenal dengan julukan Putri Ayu Limbasari Sri Wasiati ini terkenal akan kecantikannya yang mempesona mata banyak orang. Tidak terkecuali para adipati yang berada di sekitarnya. Lamaran yang datang secara bersamaan ini membuat Sri Wasiati bingung.
Karena itulah, adik dari Sri Wasiati yakni Wlingi Kusuma memberikan syarat agar bisa mengalahkannya supaya dapat menimang kakaknya. Tetapi kesaktian Wlingi Kusuma membuatnya tak bisa dikalahkan. Namun para adipati ini melakukan kecurangan dengan mengeroyok Wlingi Kusuma. Mereka kemudian memotong bagian tubuh, lantas menguburkan beberapa bagian tubuh dari Wlingi Kusuma tersebut.
Kematian Wlingi Kusuma yang tidak semestinya membuat Sri Wasiati semakin bingung. Sehingga memohon petunjuk dari Tuhan Semesta Alam. Dirinya pun melakukan tapa pendem hingga meninggal dunia.
Sri Wasiati mengambil langkah itu agar bisa menyelamatkan desanya. Pasalnya bila dirinya memilih salah satu adipati, akan banyak orang yang datang ke desanya untuk melakukan tindakan kriminal. Setelah kejadian ini, keluarga Putri Ayu Limbasari meninggalkan padepokan dan menuju ke Srandil hingga akhir hayat mereka. (SP)