SPcom MAKASSAR – Baru-baru ini publik dikejutkan dengan terungkapnya praktik perjokian dalam proses seleksi penerimaan Bintara Polri di wilayah Polda Sulsel.
Modus yang digunakan yaitu dengan membantu para calon siswa (Casis) menjawab soal-soal akademik, dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi berupa aplikasi kecerdasan buatan, yakni ChatGPT.
Dari informasi yang didapatkan menyebutkan bahwa terdapat lebih dari sepuluh personel Bintara baru yang diduga terlibat dalam kasus perjokian tersebut.
Mereka diketahui merupakan bagian dari panitia pengawasan ujian yang tersebar di beberapa SMK di Kota Makassar, lokasi pelaksanaan ujian.
Para peserta seleksi yang menggunakan jasa joki ini diduga membayar sejumlah uang sebagai imbalan atas bantuan tersebut. Besaran tarifnya pun bervariasi, mulai dari Rp5 juta hingga Rp10 juta, tergantung kesepakatan.
Menindaklanjuti masalah tersebut, Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Didik Supranoto mengatakan pihaknya telah memeriksa oknum yang terlibat.
“Untuk permasalahan Bripda, anggota Polri sudah dilakukan pemeriksaan oleh Propam,” kata Didik, Selasa (13/5/2025).
Hanya saja, Didik belum mau memberikan keterangan lebih jauh mengenai jumlah oknum yang diperiksa buntut dari dugaan joki tersebut.
“Nanti saya konfirmasi dulu ke propam ya,” ucapnya.
Meskipun secara tegas, Didik menyampaikan bahwa Casis yang diduga menggunakan jasa joki telah didiskualifikasi.
“Casis yang bersangkutan didiskualifikasi,” tuturnya.
Ia juga menjelaskan, permasalahan tersebut bukan joki sebagai pengganti peserta test seperti yang terjadi di Unhas Makassar.
“Tetapi dengan cara memberitahu jawaban peserta test dengan mencari jawaban di Chat GPT,” pungkasnya. (SP)
