SPcom JAKARTA – Hari ini, tanggal 17 Juli, dunia memperingati Hari Keadilan Internasional atau International Justice Day. Peringatan ini menjadi momen penting untuk meneguhkan komitmen global dalam menegakkan keadilan, menghentikan impunitas, serta melindungi hak-hak asasi manusia melalui jalur hukum internasional.
Hari Keadilan Internasional ditetapkan untuk memperingati berdirinya Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) pada 17 Juli 1998. Pada hari itu, Statuta Roma—dokumen pendirian ICC—ditandatangani oleh 120 negara di Roma, Italia.
Mahkamah ini dibentuk sebagai respons terhadap kejahatan kemanusiaan seperti genosida, kejahatan perang, dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Rwanda, Bosnia, dan Kamboja.
Tujuan utamanya adalah memberikan keadilan bagi korban serta mencegah terulangnya pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional.
Peringatan Hari Keadilan Internasional mengingatkan dunia bahwa tanpa keadilan, tidak ada perdamaian yang langgeng. Keadilan bukan hanya menyangkut balasan terhadap pelaku kejahatan, tetapi juga memberikan pengakuan dan pemulihan bagi para korban.
Mahkamah Pidana Internasional menjadi institusi penting untuk membawa pelaku kejahatan berat ke pengadilan, terutama saat negara gagal atau tidak mau menindak pelaku kejahatan tersebut. Meski belum sempurna dan menghadapi kritik, ICC tetap menjadi simbol harapan bagi para korban kejahatan internasional.
Meskipun Indonesia belum meratifikasi Statuta Roma, diskursus tentang keadilan internasional sangat relevan di tanah air. Banyak kasus pelanggaran HAM masa lalu yang masih menanti penyelesaian.
Momentum Hari Keadilan Internasional seharusnya menjadi dorongan moral dan politik untuk memperkuat sistem hukum nasional, mempercepat penuntasan pelanggaran HAM berat, serta memperkuat peran Indonesia di kancah hukum internasional.
Hari Keadilan Internasional pada 17 Juli bukan sekadar peringatan seremonial, melainkan ajakan untuk bertindak. Keadilan adalah fondasi perdamaian dan kemanusiaan.
Dengan memperingatinya, kita memperkuat suara para korban, memperkuat hukum, dan menantang budaya impunitas yang merusak nilai-nilai kemanusiaan. (SP)
