SPcom JAKARTA – Wakil Ketua Badan Penganggaran MPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Johan Rosihan, menegaskan bahwa membangun sistem kaderisasi partai politik harus berakar kuat pada nilai iman, takwa, dan akhlak mulia. Penegasan ini disampaikan sebagai amanat konstitusi, khususnya Pasal 31 ayat (3) UUD 1945.
Pesan kunci ini digaungkan dalam kegiatan Sarasehan MPR RI yang digelar di dua lokasi: Kabupaten Sumbawa Barat (10 Oktober 2025) dan Kabupaten Dompu (11 Oktober 2025).
Kegiatan ini secara spesifik mengangkat tema “Kaderisasi sebagai Jalan Peradaban: Meneguhkan Amanat Pasal 31 Ayat (3) UUD 1945 dalam Pendidikan Politik Islam dan Kebangsaan”.
Dalam sambutannya, Johan menyoroti bahwa pendidikan politik harus ditempatkan dalam kerangka besar mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai amanat konstitusi.
Ia menilai bahwa sistem kaderisasi partai politik tidak boleh hanya melatih keterampilan berpolitik semata, namun wajib membentuk manusia yang berkarakter, berakhlak, dan berintegritas tinggi.
“Kaderisasi adalah pendidikan politik yang menanamkan nilai iman dan akhlak. Dari sana lahir kader yang bukan hanya pandai berpolitik, tapi juga siap mengabdi dan memberi manfaat bagi bangsa,” ujar Johan di hadapan tokoh masyarakat, mahasiswa, serta perwakilan organisasi kepemudaan dan keagamaan.
Johan menjelaskan bahwa Pasal 31 ayat (3) UUD 1945 menjadi dasar moral bagi semua lembaga, termasuk partai politik, dalam menjalankan fungsi pendidikan. Partai politik disebutnya sebagai ruang strategis untuk mendidik warga negara agar memahami hak, tanggung jawab, dan etika berpolitik dalam bingkai kebangsaan dan keimanan.
“MPR RI melalui sosialisasi Empat Pilar terus mendorong agar pendidikan politik dihidupkan dengan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,” tegasnya.
Kegiatan sarasehan ini diharapkan dapat meneguhkan bahwa pendidikan politik berbasis iman dan takwa mampu melahirkan pemimpin yang berilmu dan berkontribusi nyata untuk Indonesia.
“Kita ingin lahir kader yang bukan hanya cerdas berpikir, tetapi juga bersih hati dan teguh prinsip. Dari iman dan takwa, lahirlah kader yang berilmu, berakhlak, dan berkontribusi untuk Indonesia,” tutup Johan Rosihan.

