SPcom KARAWANG – Belakangan ini, Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) sedang menjadi perbincangan publik. Pasalnya, kampus tersebut kekurangan ruang kelas untuk menampung mahasiswanya. Pihak kampus pun membeli kontainer/ peti kemas hingga miliaran rupiah secara e-katalog, bahkan sifatnya pun hanya sementara.
Namun, keputusan pihak rektorat Unsika ini pun dinilai salah kaprah, karena kondisi lingkungan tempat kontainer-kontainer tersebut disusun untuk dijadikan ruang-ruang tempat proses belajar mengajar dan pengembangan kreativitas mahasiswa akan berlangsung terlihat tidak representatif.
Pihak rektorat Unsika dalam gelaran jumpa persnya beberapa waktu lalu mengatakan, untuk menampung sekitar 18000-an lebih mahasiswa aktif, Unsika membutuhkan sebanyak 162 kelas, sementara ruang kelas yang tersedia saat ini hanya 84 ruangan. Total kekurangan sebanyak 66 kelas.
“Banyaknya kekurangan ruang kelas ini, maka kami sebagai kuasa pengguna anggaran kami mencoba membangun kelas menggunakan kontainer atau peti kemas untuk sementara sebanyak 40 kelas. Karena di tahun 2025 mendatang, kita akan membangun ruang kelas bersama sebanyak 40- an ruang kelas,” kata pihak kampus.
“Untuk 40 ruang kelas kita memerlukan 80 konteiner. Karena, untuk satu ruang kelas itu terdiri dari dua kontainer dengan ukuran 20 feet yang perkelasnya dianggarkan sebesar Rp. 160 juta (pagu anggaran) dengan utilitas didalamnya. Total anggaran keseluruhan sekitar Rp. 6, 4 Miliar rupiah (pagu anggaran) yang pos anggarannya berasal dari Badan Layanan Umum (BLU) murni Unsika,” sambungnya.
Sementara, Hal ini pun menuai sorotan DPR RI. Mereka meminta pihak rektortat melakukan evaluasi mendalam terhadap kebijakan tersebut.
DPR menegaskan pihak rektorat harus memiliki perencanaan yang matang dalam setiap upaya transformasi dan inovasi. Salah satunya terkait pengelolaan anggaran.
Salah satu kritik utama terkait anggaran sebesar Rp. 6,4 miliar untuk pembangunan ruang kelas berupa kontainer. Mengingat kelas tersebut hanya akan digunakan sementara hingga pembangunan ruang kelas baru pada 2025.
“Anggaran sebesar itu, menurut hemat saya, kurang bijak. Apakah tidak lebih baik jika dialokasikan untuk membangun sarana prasarana yang lebih kokoh dan dapat digunakan untuk jangka panjang? Pengelolaan anggaran harus dilakukan dengan cermat dan tepat. Hal ini penting agar kebijakan yang diambil benar-benar mendukung kemajuan pendidikan di Unsika,” ujar Anggota DPR RI dari Fraksi Demokrat, Cellica Nurrachadiana, Selasa (17/12/2024).
Cellica juga memberikan sejumlah alternatif solusi untuk mengatasi kebutuhan ruang kelas di Unsika. Salah satunya adalah memanfaatkan mekanisme pembelajaran online atau pembagian waktu kuliah antarprogram studi.
“Semua pihak harus terlibat untuk memastikan Unsika terus berkembang, karena ini adalah investasi pendidikan untuk masa depan masyarakat Karawang,” tutupnya. (SP)
PNS Dilarang Like, Comment, dan Share Capres di Media Sosial, Ini Sanksinya!