SPcom TANGERANG – Sungguh pelik permasalahan yang dirasakan oleh siswa-siswi sekolah Atisa Dipamkara, di kawasan Lippo Karawaci, Curug, Kabupaten Tangerang, Banten.
Di tengah kesulitan akibat pandemi, para siswa-siswi yang orangtuanya terdampak harus juga memenuhi pembayaran SPP secara full. Bahkan pihak sekolah mewajibkan siswa-siswi nya untuk menyelesaikan tunggakan jika ingin ikut ujian Penilaian Akhir Sekolah (PAS) 2020/2021.
Hal ini dirasakan oleh salah satu orangtua siswa di sekolah tersebut yang memang terdampak pandemi COVID-19. Penghasilan keluarganya menurun drastis.
Usahanya untuk meminta penangguhan pembayaran pun ditolak oleh pihak sekolah. Sehingga ia harus meminta sumbangan kepada orang-orang. Ini isi permohonan sumbangan yang beredar di media sosial:
Tangerang 7 Desember 2020
Hal : Permohonan bantuan Dana Pendidikan
Kepada yang terhormat Bapak, Ibu, dan saudara/i sekalian,
Kami orang tua murid dari anak kami yang bersekolah di Sekolah ATISA DIPAMKARA Lippo Karawaci.
Anak saya adalah anak yg berprestasi dan sering mewakili sekolah.
Sudah masuk 11 tahun bersekolah disitu, dan kami juga sudah membayar uang pangkal untuk jenjang berikutnya di sekolah ini(SMA)
Dalam kondisi wabah corona sekarang ini dimana pekerjaan suami yang terdampak parah sehingga menjadikan saya sebagai tulang punggung keluarga yg hanya bekerja sebagai guru les privat sangat merasakan kesulitan dalam masalah keuangan. Bukan kami sengaja untuk tidak mau membayar spp yg menjadi kewajiban kami, tetapi kami sedang dalam usaha menjual investasi tanah kami. Tetapi hingga sekarang belum laku terjual.
Dalam proses menghadapi kesulitan ini kami telah melakukan NEGOSIASI kepada pihak yayasan sekolah Atisa Dipamkara…. Dan bersedia memberikan JAMINAN salah satu Surat aset yg kami miliki jika merasa tidak percaya akan kesungguhan kami. Tetapi mereka tidak memberikan kemudahan… Jangankan potongan….. Bahkan DENDA pun tetap tertera untuk ditagihkan kepada kami. Dan sekarang anak kami DILARANG melanjutkan TEST AKHIR SEMESTER GANJIL yang telah dilaksanakan sejak hari kamis tgl 3 yang lalu. Pernyataan dari pihak sekolah baru saya terima jumat siang tgl 4 Des Sedangkan saya telah mengajukan hal ini dari tgl 9 November ke kepala sekolah yang telah di sampaikan ke bagian keuangan.
Untuk Itu, saya sebagai orang tua, MEMBUANG RASA MALU saya, MERENDAHKAN DIRI saya, MEMOHON BANTUAN kepada Bapak, Ibu, dan Saudara/i sekalian untuk membantu saya… DONASIKANLAH sedikit rejeki anda untuk anak saya supaya dapat melanjutkan kegiatan belajar dengan lancar hingga pandemi ini terlewati. Jika donasi yg Bapak, Ibu dan saudara/i berikan kepada saya nantinya berlebih, saya juga akan mendonasikan untuk membantu murid lain yang juga mengalami kesulitan seperti saya. Karena saya tau bukan hanya saya yang mengalami ini di sekolah ini.
Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan, TERIMA KASIH SEBESAR BESARNYA kepada Bapak, Ibu, dan saudara/i sekalian.
Setelah dihubungi Suryapagi.com, awalnya orangtua tersebut menunggak SPP dari bulan September-November 2020 dengan total Rp 5.160.400. Itupun belum ditambah denda keterlambatan yang totalnya Rp 265.200.
“Ya untuk anak saya merendah diri meminta bantuan agar bisa ikuti PAS. Dan terimakasih kepada para donatur, akhirnya anak saya bisa ikut PAS walaupun sudah telat 2 hari,” katanya.(Sp)
Gak punya nurani pengelola sekolahnya, apa sulitnya anak ikut ujian online, padahal kan memakai kuota internet pribadi. Serta lagi pandemipun dikenakan denda. Bener2 gk punya HATI, pandemi telatpun tdk boleh ikut ujian. Jikalau tdk sanggup bayar cukup tahan rapotnya bukan tdk memperbolehkan anak ikut ujian. Ragu ragu menyekolahkan anak ke sekolahan yang pengurusnya tidak ada nurani