SPcom BANDUNG – PT Ateja Tritunggal di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat (Jabar) berhasil melakukan ekspor masker. Senior Director PT Ateja Tritunggal, Benny Judihardjo menyatakan perusahaannya telah memproduksi masker sejak Maret 2020.
“Kami telah melakukan ekspor ke-delapan negara tiga benua, mereka menerima dan cukup baik responsnya,” kata Benny di Bandung, Senin (19/4/2021).
Benny menuturkan masker yang menerima sertifikat SNI bernomor seri 8914:2020 itu terbuat dari kain tenun dan kain rajut dengan berbagai jenis serat. Masker tersebut memiliki efisiensi filtrasi partikulat yang dapat membunuh virus dalam 30 menit. Masker tersebut juga berperan aktif mengurangi sampah B3
“Memang secara filtrasi ada lapisan anti virus di depan, masker medis pun tidak memiliki keunggulan tersebut, dalam 30 menit virus pun hancur. Melalui filtrasi di depan. Ada 3 lapis masker sehingga droplet tidak bisa masuk,” ujar Benny.
Gubernur Jawa Barat, M Ridwan Kamil menyerahkan Sertifikat SNI Produk Ateja Mask di PT Ateja Tritunggal untuk mendorong industri yang secara intens berinovasi di tengah pandemi. Menurut dia, dengan inovasi, industri diharapkan dapat tumbuh dan berkembang kendati dalam situasi pandemi.
“Kami sedang beradaptasi melalui inovasi. Ciptakan kain-kain yang aman dari virus. Kain anti virus dibutuhkan untuk menahan disrupsi masa depan,” kata Kang Emil sapaan Ridwan Kamil.
Adapun masker yang menerima sertifikat SNI bernomor seri 8914:2020 itu terbuat dari kain tenun dan kain rajut dengan berbagai jenis serat. Masker tersebut memiliki efisiensi filtrasi partikulat yang dapat membunuh virus dalam 30 menit.
Menurut Kang Emil, Pemda Provinsi Jabar akan turut mendorong industri untuk berinovasi. Hal itu bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat dan mendongkrak ekonomi kerakyatan.
“Tolong ceritakan ke kami (Pemda Provinsi Jabar) inovasi anti penyakit yang ujung-ujungnya untuk ekonomi kerakyatan agar harga yang dijual tidak mahal,” ucap dia.
Selain itu, Kang Emil berpesan kepada PT Ateja Tritunggal untuk membuat masker dengan desain yang beragam dan sesuai kebutuhan pasar.
“Saya ini desainer, saya menolong UMKM dengan mendesain helm, masker dan lain-lain. Jadi, kalau boleh (maskernya) setengahnya kosong dan setengahnya batik mega mendung. Jadi nanti ada desain saya di Ateja. Masker tidak hanya bagus secara teknologi, tapi juga baik secara tampilan,” terang kang Emil. (SP)