SPcom JAMBI – Seorang dokter wanita bernama Dwi Fatimahyen (29) meninggal dunia usai menabrak tiang listrik pinggir Jalan Lintas Jambi-Riau, Sekernan, Muaro Jambi. Kecelakaan itu terjadi lantaran korban dikejar oleh warga yang menuduhnya maling dan polisi.
Dalam video yang beredar, mobil korban tampak ringsek setelah menabrak tiang listrik dan rumah warga. Korban terlempar dari mobil dan meninggal dunia di tempat.
Sebelum mengalami kecelakaan, Dwi berpamitan dengan orang tuanya berkisar pukul 14.00 WIB. Ia mengendarai mobil dengan maksud mencari lokasi klinik kecantikan yang baru.
“Beliau mau buka usaha klinik kecantikan lagi di daerah Sebapo. Kebetulan, beliau sudah punya klinik kecantikan di dekat Masjid Seribu Tiang. Di Sengeti, Muaro Jambi, juga ada kliniknya. Terus mau buat lagi,” kata sepupu korban, Erwin, Selasa (2/4).
Namun, pada malam hari, Dwi menelepon orang tuanya dalam kondisi panik. Terdapat tiga orang asing yang membuntutinya.
“Beliau (Dwi) ngomong seperti ini ‘pak, Dwi takut, pak’. ‘Kenapa nak?’ kata ayahnya. ‘Dwi dibuntuti oleh orang’. Dan tempatnya kebetulan sepi. ‘Kalau kamu dibuntuti orang di tempat sepi, cepat nak. Ngebut dikit’. Begitu kira-kira,” ujar Erwin.
Dwi yang melajukan mobil dalam kecepatan tinggi, dikejar dengan sepeda motor sembari diteriaki maling. Polisi yang sedang patroli dan mendengar teriakan itu, ikut mengejar Dwi.
“Kalau kondisi seperti itu, ia cemas, gugup, dan kagetan. Semakin dikejar oleh warga dan aparat, semakin ngebut dia membawa mobilnya,” kata Erwin.
Kejar-kejaran berakhir setelah Dwi mengalami kecelakaan tunggal. Ia kehilangan kendali karena menghindari pengendara lain, lalu menabrak tiang listrik dengan kecepatan tinggi.
Erwin mengatakan keluarga korban keberatan atas tuduhan maling tersebut. Mobil yang dikendarai Dwi adalah milik orang tuanya, dilengkapi BPKB dan surat-surat lainnya.
“Yang menjadi beban ialah kepergian beliau itu caranya difitnah telah melakukan pencurian mobil. Mobil yang ia bawa ialah mobilnya sendiri dari orang tuanya,” katanya.
Selain dituduh maling mobil, Dwi juga dituduh melakukan tabrak lari. Kedua tuduhan ini membuat keluarganya terpukul. Keluarga Dwi meminta klarifikasi dari orang yang melayangkan tuduhan tersebut. Apalagi terdapat perkataan yang tidak mengenakan dalam video yang tersebar di media sosial.
“Kalau tidak bisa membuktikan tolong klarifikasi bahwa tuduhan itu tidak benar. Supaya nama baik beliau itu pulih lagi. Apalagi mengingat beliau sudah meninggal dunia,” katanya.
“Terus, yang bikin sedih lagi di video itu, saat korban sudah kecelakaan, dia terpental keluar, masih ada juga orang meneriaki dengan kata binatang atau tidak pantas. Sedangkan itu manusia. Nah, saya minta tolong, siapa orangnya untuk klarifikasi,” ujar Erwin.
Ia mengatakan pihaknya belum berencana mengambil langkah secara hukum. Orang tua korban pun masih syok dan belum bisa diajak berbicara soal ini.
“Beberapa hari ini keluarga korban sangat syok. Saya belum bisa berkomunikasi terkait upaya hukum ke depannya. Tapi insya Allah beberapa hari lagi ada jawaban,” ujar Erwin.
Kapolres Muaro Jambi AKBP Wahyu Bram mengatakan Dwi awalnya keluar dari arah Perumahan Pondok Cipta atau di dekat kawasan Simpang SPN Polda Jambi, Desa Pondok Meja, Muaro Jambi. Korban itu dikejar lantaran melewati jalan kampung dengan kecepatan tinggi.
Ketika berada di jalan raya, polisi mendengar teriakan maling, langsung mengambil tindakan. Polisi mengejar korban karena mengendarai mobil dalam kecepatan tinggi.
“Yang bersangkutan ngebut menuju arah Kota Jambi melewati anggota yang sedang tugas sampai ada tiga motor yang mengejar. Satu sisi karena ngebut, tidak mungkin polisi membiarkan saja,”katanya.
Dikejar pakai sirine dan tembakan peringatan
Polisi mengejar Dwi lengkap dengan sirine. Polisi terus berupaya untuk menghentikan mobil itu, karena dikhawatirkan dapat membahayakan pengendara lainnya. Tetapi, Dwi tak kunjung berhenti
“Bahkan tembakan peringatan, juga tidak mau berhenti. Sehingga saat di jalan itu ya sudah berurusan dengan polisi,” kata Bram.
Sedangkan warga mengejar tadi, tidak terlihat lagi. Tinggal kejar-kejaran antara Dwi dan polisi.
“Setelah itu korban menghindari orang sehingga kecelakaan tunggal. Karena kecepatan tinggi, fatalitasnya tinggi. Kalau dilihat lepas kendali,” ungkapnya. (SP)