Ereveld Menteng Pulo,  Misteri Lonceng yang Berbunyi Sendiri

“Kadang lonceng itu berbunyi sendiri pada waktu malam. Kadang enam atau tujuh kali berbunyi lonceng itu,” ujar penjaga makam

SPcom JAKARTA – Terletak  di kawasan Menteng Pulo, Jakarta Selatan, Ereveld Menteng Pulo, adalah satu dari tujuh Makam Kehormatan Belanda yang ada di Pulau Jawa, dan dikelola oleh Oorlogsgraven Stichting atau Yayasan Makam Kehormatan Belanda. Korban yang dimakamkan di sini, merupakan orang-orang Belanda dan Indonesia. Ada laki-laki, wanita, bahkan sampai anak-anak yang wafat di kamp tahanan Jepang, dan para Militer Belanda yang gugur pada masa revolusi.

“Yang dimakamkan di sini, sebagian besarnya adalah warga sipil. Mereka semua adalah korban, ketika saat terjadinya perang dunia kedua,” kata Supervisor dari Ereveld Menteng Pulo. Terdapat sebuah patung di area Ereveld yang menggambarkan kondisi anak-anak pada masa itu Dimana saat itu, anak-anak banyak menjadi korban kelaparan hingga meninggal dunia.

Dahulu peletakan batu pertama makam ini dilakukan pada 8 Desember 1947 oleh Letjen. S.H. Spoor yang pada saat itu menjabat sebagai komandan tentara di Hindia Belanda. Akan tetapi, dua tahun setelahnya Letjen. S.H. Spoor wafat dan dimakamkan di lokasi ini bersama dengan korban perang lainnya. Tak ada perbedaan strata atau status sosial pada pemakaman ini.

Semuanya, sama. Baik orang kulit putih,kulit berwarna, pejabat militer dengah pangkat tinggi, ataupun berpangkat rendah, semua terkubur berdampingan. “Beliau menekankan di sini tidak ada perbedaan antara orang kulit putih, kulit berwarna, pangkat tinggi, dan pangkat rendah. Beliau ingin semua disetarakan,” imbuhnya.


Kesan rapih muncul begitu kali pertama memijakkan kaki di depan gerbang Taman Makam Kehormatan Belanda Ereveld Menteng Pulo. Ribuan nisan berderet rapih. Tepat di sebelah pintu masuk pada sisi kiri, merupakan deretan makam korban perang yang beragama islam. Hal ini ditandai dengan bentuk nisan yang memiliki tiga kengkungan di bagian atasnya.

Sementara pada sisi lainnya, terdapat nisan dengan bentuk salib untuk makam bagi jenazah laki-laki beragama kristen, nisan berbentuk salib dengan lengkungan untuk makam bagi jenazah perempuan beragama kristen, nisan berbentuk panjang untuk makam agama budha, dan nisan berbentung bintang segi enam untuk makam orang yahudi.

Selain itu, adapula nisan berbentuk persegilima untuk makam massal yang diisi oleh beberapa jenazah. Di salah satu sisi, juga tertulis 94 nama prajurit angkatan darat Kerajaan Belanda yang gugur dalam kurun waktu 1946-1962 di kawasan Hindia Belanda dan Irian Barat.  Sebuah bangunan, begitu menarik perhatian ketika memasuki area Makam Kehormatan Belanda ini.

Bangunan ini, disebut sebagai Gereja Simultan yakni sebuah bangunan yang didirikan dengan batu bata yang diplester dan juga dicat putih.
Gereja Simultaan tidak digunakan untuk ibadah seperti gereja umumnya. Oleh sebab itu, bangunan ini juga dihiasi dengan simbol agama Kristen, Islam, Budha, dan Yahudi di atas menara gereja.


Untuk mengenang para korban yang wafat pada saat pembuatan rel kereta Birma-Siam, di dalam gereja ini juga didirikan Salib Birma-Siam Spoorweg yang terbuat dari kayu rel kereta. Sementara di sisi samping gereja Simultan, terdapat Columbarium yang merupakan tempat khusus untuk guci abu orang Belanda yang wafat sebagai tawanan Jepang.

Ada sebanyak 754 guci berisi abu orang Belanda di sini. Mereka wafat sebagai tawanan Jepang dan dikremasi di Jepang. Meski sangat rapi dan jauh dari kesan seram, seperti kawasan pemakaman pada umumnya,   namun setiap menjelang malam suasana di sekitar makam Menteng Pulo ini terasa sepi. Hanya terdengar angin yang menyapa rimbunan pohon dan menjatuhkan dedaunan.

“Saya disini sudah lebih dari 8 tahun, memang tidak angker, tapi kadang lonceng itu yang didekat pintu masuk berbunyi sendiri pada waktu malam,” ungkap Jono, salah seorang penjaga makam. “Kadang enam atau tujuh kali berbunyi lonceng itu,” lanjutnya.

Jono juga menambahkan, kejadian tepat malam Jumat itu tak hanya dialami oleh dirinya saja. Tetapi juga pernah dialami oleh petugas kebersihan lainnya. Namun dia menolak menceritakan detil peristiwa itu. “Ya supaya yang mau kesini tidak takut,” tandasnya…Teng… teng.. teng...(SP/ berbagai sumber) 

Ereveld Menteng Puloloncengmakam belandaMisteriseram
Comments (0)
Add Comment