Setiap ada warga yang mencoba dan memaksa mengambil ranting pohon untuk kayu bakar, malam harinya akan didatangi sosok makhluk halus berwujud Harimau atau Lodaya
SPcom JAKARTA – Sejumlah hutan di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, memiliki sejumlah cerita dan mitos yang cukup menyeramkan. Salah satunya adalah Hutan Gunung Dukuh Jagabaya Panawangan Sejak dulu di hutan ini tidak ada satupun warga yang berani mengambil pohon, bahkan ranting sekalipun. Konon, setiap ada warga yang mencoba dan memaksa mengambil ranting pohon untuk kayu bakar, malam harinya akan didatangi sosok makhluk halus berwujud Harimau atau Lodaya.
Sosok harimau itu meminta orang tersebut mengembalikan apa yang diambilnya di hutan. Percaya atau tidak mitos ini sudah ada sejak lama dan turun temurun. Dengan mitos itu, hutan gunung dukuh kini masih terjaga keasriannya. Pohon-pohon yang berusia ratusan tahun dengan batang pohon berdiameter cukup besar masih berdiri kokoh. Bahkan di hutan itu terdapat sumber mata air yang melimpah, kini digunakan warga untuk keperluan sehari-hari.
Hutan gunung dukuh sekarang ditetapkan sebagai kawasan esensial. “Memang mitos disini kuat, sudah turun temurun. Tidak boleh membawa keluar apa-apa saja yang ada di hutan ini, ranting yang sudah jatuh saja tidak boleh ada sanksinya. Apalagi menebang pohon, memang sejak dulu seperti itu,” ujar Wawan Setiawan, tokoh masyarakat, seperti dikutip detiknews.com.
Menurut dia, sempat ada warga pendatang yang mengambil ranting pohon di hutan itu. Baru disimpan dan belum digunakan untuk kayu bakar, pada malam harinya ada yang datang dan meminta untuk mengembalikannya. “Kejadian itu sempat menjadi pembicaraan, jadi orang itu langsung mengembalikannya ke hutan. Jadi sampai sekarang tidak ada lagi yang berani. Memang harus menghormati amanah dari sesepuh. Kalau dibebaskan mungkin hutan sudah habis,” ujar Wawan.
Menurut Wawan, mitos yang berasal dari para pendahulunya itu terjadi bukan tanpa alasan. Karena setiap manusia harus menjaga lingkungan dan hutan, untuk diwariskan kepada anak cucu. “Jangan sampai anak cucu kita tidak bisa menikmati keindahan alam. Hanya karena pohon di hutan habis digunakan untuk pembangunan. Harus dirawat dan dijaga,” tutur Wawan.
(SP)