SPcom BANYUWANGI – Seorang siswi madrasah ibtidaiah (MI) berusia 7 tahun ditemukan tewas di kebun tak jauh dari lokasi rumahnya Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi, Jawa Timur. Diduga bocah itu menjadi korban pemerkosaan.
Korban masih memakai baju seragam sekolah tanpa memakai celana saat ditemukan pada Rabu (13/11). Di sekitar TKP juga kancing baju korban ditemukan copot.
“Seragam masih menempel, namun celana korban sudah dalam kondisi melorot. Diduga ada upaya memaksa membuka baju berdasarkan bukti kancing korban yang ditemukan berceceran,” kata Kasat Reskrim Polresta Banyuwangi, Kompol Andrew Vega, Kamis (14/11).
Vega mengungkapkan sepatu korban juga ditemukan terlepas dan ditemukan tak jauh dari mayat korban ditemukan.
“Sepatu dan sepeda korban juga ditemukan di parit tak jauh dari TKP,” imbuhnya.
Saat pemeriksaan awal, ditemukan sejumlah luka bekas penganiayaan di tubuh korban.
“Ada luka memar pada kepala bagian belakang kepala dan keluar darah pada hidung korban,” terang Vega.
Pihak Madrasah Ibtidaiyah (MI) Banyuwangi meliburkan siswa usai siswinya ditemukan meninggal di kebun dekat rumahnya dan diperkosa. Libur merupakan aksi berkabung sebagai ungkapan duka cita atas kepergian siswi tersebut. Libur dilakukan selama satu hari.
Kepala Sekolah MI Banyuwangi, Heru Prayitno sengaja meminta seluruh siswa-siswinya libur sebagai bentuk simpati kepada keluarga korban dan keprihatinan atas peristiwa sadis yang terjadi pada salah satu anak didiknya.
“Sekolah sengaja kami liburkan sebagian bentuk belasungkawa kepada pihak keluarga. Kami sangat terpukul atas kejadian yang dialami salah satu murid terbaik kami. Seluruh siswa untuk satu hari ini kita anjurkan belajar di rumah masing-masing,” ungkap Heru Prayitno, Jumat(1/511/2024).
Jarak rumah korban dengan sekolah sekitar 2 Km. Seluruh pengajar dan wali kelas diminta untuk memberikan dukungan moril dan psikologis ke keluarga korban yang masih terpukul dan trauma.
“Seluruh guru termasuk wali kelas korban saya arahkan ke rumah duka. Diniatkan untuk membantu menenangkan kedua orang tuanya yang masih terpukul,” ungkapnya.
Korban diketahui duduk di bangku kelas 1. Baru 5 bulan ia memakai almamater sekolah. Dan menurutnya, korban sosok yang periang.
“Sosoknya selalu ceria dan mudah bergaul dengan semua temannya di kelas. Ada 13 siswa termasuk korban yang menempati kelas satu. Makanya seluruh temannya sedih saat korban sudah tiada,” tambah Heru.
Orang tua korban masih terpukul. Keduanya terlihat syok sejak Rabu (13/11/2024) dan belum bisa diajak berkomunikasi hingga saat ini. (SP)