Banyak cerita mistis yang menyelimuti kawasan Waduk Cengklik. Alhasil masyarakat sekitar tidak berani berbuat macam-macam
SPcom JAKARTA – Waduk Cengklik di Boyolali, Jawa Tengah merupakan bendungan air yang dibuat sejak masa penjahan Belanda.Tak hanya potensi alam dan wisata yang luar biasa. Di sana masih ada cerita mistik, terutama dari Pulau Domplak. Pulau kecil di tengah waduk tersebut.
Di Pulau Domplak, terdapat makam kuno yang dikenal dengan Syekh Umar Yazed atau Syekh Sembur Nyowo. Menurut Ketua Komunitas Peduli Waduk (KPW) Cengklik Giyanto, keberadaan Pulau Domplak sudah ada sejak waduk tersebut belum dibangun. Pulau tersebut memiliki luasan area sekira 2 hektare. Berada di tengah Waduk Cengklik.
Di sana terdapat makam kuno, yang dipercaya merupakan pepunden desa yang sudah tenggelam ratusan tahun silam. Selain itu, pulau ini masih dijadikan jujugan bagi peziarah. Syarat untuk berziarah, biasanya membawa dupa atau kemenyan. Selain itu, harus datang dengan keadaan suci.
“Pulau itu merupakan situs yang kami sebut punjer atau makam pepunden desa. Karena pembuatan waduk ini kan di masa Belanda. Memang sudah ada sejak saya kecil. Kami kan orang Jawa. Jadi makam kuno itu harus dijaga,” kata Giyanto, seperti dilansir radarsolo. Giyanto menambahkan, banyak cerita mistis yang menyelimuti kawasan Waduk Cengklik. Alhasil masyarakat sekitar tidak berani berbuat macam-macam.
“Pernah ada yang pernah berbuat tidak senonoh di punden. Tahu-tahu tidak bisa lepas, sampai kedua pasangan itu meninggal dunia. Itu cerita dari zaman nenek moyang dulu ya. Di sini juga tidak boleh bicara kotor. Bisa kena sawan (gangguan mistis),” imbuhnya. Sampai saat ini, makam Syekh Sembur Nyowo masih kerap didatangi peziarah. Sehingga di sana juga disiapkan keran untuk wudu atau sekadar mensucikan diri.
Selain itu, masyarakat sekitar melalui KPW, ikut merawat dengan membersihkan area terebut secara rutin. “Warga percaya, bahwa Waduk Cengklik dan Pulau Domplak membawa berkah. Terbukti dengan suburnya lahan sekitar dan perekomian yang meningkat. Baik perikanan maupun pariwisata,” beber Giyanto. (SP)