Pulung Gantung berupa cahaya kemerahan yang jatuh dari langit dan menimpa atap rumah warga. Warga yang rumahnya kejatuhan cahaya tersebut dipercaya akan segera mengakhiri hidup dengan cara gantung diri
SPcom JAKARTA – Sebagian masyarakat Gunung Kidul, Jawa tengah ternyata masih percaya dengan mitos Pulung Gantung. Orang yang percaya mitos ini meyakini bahwa penyebab seseorang mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri disebabkan oleh Pulung Gantung. Lantas apa yang dimaksud Pulung Gantung dan bagaimana asal-usulnya?. Berdasarkan cerita yang beredar di masuarakat Gunungkidul, Pulung Gantung berupa cahaya kemerahan yang jatuh dari langit dan menimpa atap rumah warga.
Warga yang rumahnya kejatuhan cahaya tersebut dipercaya akan segera mengakhiri hidup dengan cara gantung diri. Pulung Gantung digambarkan seperti benda berbentuk bola api besar dengan cahaya kebiru-biruan yang terbang di waktu malam. Bagi penduduk setempat yang percaya, Pulung Gantung merupakan isyarat langit akan terjadinya bunuh diri dengan cara gantung diri. Apabila ada seseorang yang gantung diri di Gunungkidul, jenazahnya tidak diperbolehkan untuk dimandikan, dibungkus kain kafan, bahkan disalatkan.
Konon, terdapat energi negatif yang ada pada jenazah tersebut, yang dikhawatirkan akan menular pada orang lain jika jenazahnya dimandikan, dikafani, dan disalatkan. Mitos Pulung Gantung masih diyakini oleh sebagian masyarakat dan kerap dikaitkan dengan tingginya angka bunuh diri di Gunungkidul. Meski demikian, sebagian masyarakat lainnya lebih percaya bahwa fenomena bunuh diri dengan gantung diri terjadi karena banyak sebab. Misalnya karena mengidap depresi yang tinggi karena faktor ekonomi, masalah keluarga, ataupun faktor kesepian.
Konon, kemunculnya mitos Pulung Gantung bermula dari pelarian orang-orang dari Kerajaan Majapahit saat melawan Kesultanan Demak pada sekitar abad ke-15.
Kala itu, Brawijaya V, yang saat menjadi Raja Majapahit, melarikan diri bersama para pengikutnya ke daerah Gunungkidul. Kemudian, Brawijaya V dipercaya moksa, atau dalam kepercayaan Hindu diartikan bebas dari ikatan duniawi (meninggal). Setelah sang raja berpulang, meninggalkan pengikutnya yang tidak memiliki kesaktian, mereka frustrasi dan memutuskan untuk bunuh diri. Konon, roh pasukan raja yang bunuh diri tersebut ditolak oleh Tuhan dan berubah menjadi Pulung Gantung, yang terus mencari korban lain agar seperti mereka. Kendati demikian, terdapat banyak versi terkait meninggalnya Raja Brawijaya V. Ada pula versi yang menyatakan bahwa Raja Majapahit tersebut moksa di Gunung Lawu. (SP)