Konon, warga acap mendengar suara misterius menyerupai suara tentara, serta ledakan menyerupai suara bom dari benteng ini
SPcom JAKARTA – Beragam cerita tentang kisah misteri, ternyata masih terus mewarnai gedung-gedung terbengkalai, yang menyimpan kisah kelam di masa lalu. Seperti gudang bekas penyimpanan peluru Belanda di Surabaya, yang dulu pernah menjadi lokasi pembantaian para pejuang kemerdekaan RI.
Dikenal dengan nama Benteng Kedung Cowek. Tak dinyana, lama terbengkalai membuat benteng yang dilengkapi dengan bunker ini, berselimut kisah misteri, serta kejadian-kejadian di luar nalar. Konon, hal ini tidak terlepas dari sejarah kelam benteng ini di zaman penjajahan dulu, yang sempat menjadi ladang pembantaian para pejuang RI dan tak sempat dikuburkan lantaran situasi genting kala perang.
Karena itu pula, konon warga acap mendengar suara misterius menyerupai suara tentara, serta ledakan menyerupai suara bom. Benteng ini kian menyangkak, lantaran warga juga kerap melihat sebuah pesta menyerupai pesta wayang, serta beredar mitos, jika di dalam benteng ini terdapat sebuah kerajaan gaib, yang dihuni oleh sosok-sosok siluman ular.
Meski masih menyimpan misteri, Benteng Kedung Cowek adalah salah satu peninggalan belanda saat pertempuran 10 November di kota Surabaya yang penuh sejarah. Awalnya, benteng ini didirikan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda untuk mengantisipasi serangan militer dari wilayah Utara Laut Surabaya.
Di lokasi ini juga ada bungker yang sempat dijadikan penyimpanan peluru. Nyatanya, benteng ini dulu adalah gudang persenjataan. Belanda telah menyiapkan meriam-meriam besar di balik beton benteng yang telah dibangun dengan sangat kokoh dan tebal. Akan tetapi, meriam-meriam tersebut tak sempat ditembakkan saat Belanda diserang Jepang.
Pada masa pendudukan Jepang, benteng ini digunakan sebagai base camp pertahanan laut dengan menambah persenjataan. Setelah Jepang menyerah pada Sekutu, Benteng Kedung Cowek digunakan oleh Tentara Keamanan Rakyatdari Pasukan Sriwijaya ketika pertempuran 10 November 1945 melawan tentara Sekutu yang dipimpin Inggris.
Walau armada laut Inggris terkenal sebagai penguasa lautan, mereka pun mendapat perlawanan sengit tembakan meriam dari dalam Benteng Kedung Cowek yang dilakukan Pasukan Sriwijaya. Namun akhirnya, sebab gempuran Armada Laut Inggris dan pesawat pesawat tempur, para pejuang yang bertahan di dalam bungker Kedung Cowek harus mundur.
Kira-kira sekitar 200 lebih orang atau sepertiga dari Pasukan Sriwijaya dinyatakan tewas dalam perang itu. Mereka tewas di dalam Benteng Kedung Cowek. Banyak jenazah pejuang yang tidak sempat dikuburkan karena situasi genting saat pertempuran panjang. (SP)