Perbedaan antara jenazah satu dengan yang lain hanya terletak, pada proses kematiannya
SPcom JAKARTA – Di antara banyak profesi yang menjadi dambaan orang, inilah kisah para perias jenazah. Pekerjaan, yang nyaris tak pernah dibayangkan, akan menjadi cita-cita seseorang. Tidak sedikit peristiwa ganjil termasuk yang paling tak terduga, harus mereka alami selama menjalani profesi yang tak lajim ini.
Menjadi perias jenazah adalah pekerjaan para pemberani. Sebab, setiap hari ia bukan hanya berurusan dengan mayat, tapi sekaligus bersentuhan, bahkan meriasnya tanpa rasa takut. Semua proses dari memandikan, hingga memberi make up, dilakukan tanpa kenal ngeri. Dan inilah yang sepanjang 11 tahun, dijalani Zainal Abidin, di sebuah rumah duka ternama di Pluit, Jakarta Utara.
Tidak banyak sesungguhnya yang harus dilakukan untuk merias jenazah. Jika tidak ada permintaan khusus dari keluarga, semua dilakukan dengan cepat, tanpa make up berlebihan. Perbedaan antara jenazah satu dengan yang lain hanya terletak, pada proses kematiannya. Untuk yang meninggal secara wajar, relatif lebih mudah.
“Orang merias kan kadang-kadang beda-beda tergantung penyakitnya. Misalnya yang sakit jantung biasanya wajahnya biru. Kalau gini, maka make upnya harus agak tebal, untuk nutupin birunya itu,” ujar Zainal Abidin, seperti dikutip dari tayangan Youtube Ganjil Misteri.
Zainal Abidin yang sudah berpengalaman sepanjang 11 tahun, mengaku tidak pernah kesulitan memperlakukan setiap jenazah, yang hendak dirias. Ritual pertama yang biasa dilakukan adalah, meminta izin kepada jenazah yang hendak dimake up.
Meski menjadi pekerjaan yang tidak biasa, profesi perias jenazah ditekuni Zainal dengan senang hati. Semua urut-uturan dari memandikan jenazah, memberi busana, hingga make up, dilakukan dalam senyap. Baginya, ini semacam membantu seseorang yang ingin menghadap Tuhan dengan cara terbaik.
Toh,dibutuhkan seseorang yang tidak gampang gamang untuk menjadi perias jenazah. Itu diakui sendiri oleh Zainal Abidin, yang sudah lebih dari satu dekade menjadi perias jenazah. Rasa takut, serta mayat yang identik dengan keseraman, hanya pandangan mereka yang belum paham.
Setiap hari berada di kamar mayat serta bersentuhan dengan jenazah, membuat Zainal sering tergiring rasa iba. Sebab yang disentuh serta dipercantik dengan make up, adalah orang-orang yang sudah tak bernyawa. Dan itu ia rasakan terus-menerus, karena nyaris tiga jenazah ia rias setiap hari. Beruntunglah Zainal memiliki ketebalan nyali.
Sehingga sepanjang 11 tahun menjadi perias jenazah, belum pernah mengalami peristiwa-peristiwa seram yang menakutkan. Sekalipun merias pada malam hari yang sepi, ia memiliki cara agar tidak larut dalam kalut. Biasanya yang dilakukan adalah, mengajak bicara mayat yang ia yakini, rohnya masih berada di sekitar jasat.
Meski tidak pernah bertemu keseraman atau menjumpai wujud-wujud mistik selama merias jenazah, toh Zainal mengaku sering bermimpi aneh. Misalnya saja bermimpi jenazahnya bangun, lalu memandanginya. Atau bermimpi ada jenazah yang minta segera diurus. Tapi bagi Zainal itu bukan gangguan, melainkan sekadar mimpi biasa.
“Kalau kebawa mimpi sering kali ya, sering kebawa. Tapi buat saya itu bukan ganguan tapi pikiran saya aja kali. Mimpinya pun gak jelas. mimpuinya dateng gitu aja. Tapi biasanya sih mimpinya minta dimandiin minta diurusin,” ungkap Zainal Abidin. (SP)