SPcom JAKARTA – Totok Amin Soefijanto, Ed.D, dilantik menjadi Direktur Akademi Televisi Indonesia (ATVI). Dengan begitu, Totok yang juga mantan wartawan ini otomatis menjadi Rektor Institut Media Digital Emtek (IMDE) sebagai hasil transformasi ATVI.
Ketua 1 Yayasan Indosiar Uryani Zaini, SH., M.Kn mengaku sudah cukup lama mengincar Totok untuk menahkodai lembaga yang sudah dirintisnya itu. Ia memberi tugas pada Totok untuk meningkatkan kualitas para dosen, meningkatkan kurikulum dan memandu ATVI agar bertransformasi menjadi sebuah institut/universitas.
Sementara Totok mengaku menerima tawaran menjadi direktur ATVI lantaran ia melihat ada kebutuhan untuk memajukan bisnis digital yang masih tertinggal. Menurutnya literasi masyarakat kita terhadap informasi masih rendah sehingga mereka menjadi mangsa empuk hoax, judi online, pinjaman online, dan lain lain.
“Dari institusi ini kita berharap bisa memberi kontribusi agar masyarakat bisa lebih melek informasi,” katanya.
Terkait amanat dari yayasan, Totok mengatakan, selama ini orang melihat kurikulum sebagai sesuatu yang sakral. Padahal itu bisa disesuaikan dengan kondisi sekitarnya.
Untuk jadi universitas, ATVI perlu mengadakan lima fakultas yang saat ini baru ada tiga. Semua target itu akan diselesaikan dalam masa jabatannya selama lima tahun ke depan.
Bagi Totok, tantangan terbesar untuk mengembangkan dunia digital adalah soal mindset. Kalau skill anak anak muda sudah banyak yang pintar. Tapi mindset-nya masih tradisional. Etos kerja masih rendah, disiplin masih kurang dan masih feodal.
“Masih melihat senioritas, takut mengeluarkan ide ide baru. Jadi lebih banyak unsur budaya dan soft skill-nya,” kata Totok.
Sebelum menjadi Direktur ATVI, Totok sempat menjadi dosen di Universitas Paramadina, Jakarta. Di Paramadina, ia menduduki jabatan sebagai Deputi Rektor Bidang Akademik, Riset, dan Kemahasiswaan Universitas Paramadina selama 10 tahun (2007-2017).
Selain itu, ia juga sebagai penguji luar program S3 di Universitas Negeri Jakarta. Totok juga pakar senior di Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), senior policy advisor di Tim Gubernur Provinsi DKI Jakarta selama 5 tahun (2017-2022), Education Knowledge Management Specialist Analytical & Capacity Development Partnership (2015-2017) di Kemendikbud.
Ia juga pernah menjadi Ketua dan Anggota Dewan Juri Frans Seda Award di Universitas Katolik Atmajaya (2011-2016). Terakhir, Totok mendirikan Strategic Policy Institute for Indonesia (2022-2024) dan menjadi Dewan Pakar tim AMIN di Pilpres 2024.
Totok memperoleh gelar “Ed.D” (Doctorate of Education) pada bidang Kurikulum dan Pembelajaran dari Boston University dan gelar MA (Master of Arts) pada bidang Ilmu Komunikasi dari Emerson College di Boston.
Pada 2014, ia mendapatkan anugerah Boston University Alumni Award atas kontribusinya pada profesi pendidikan. Selama studi doktoralnya, Totok bekerja sebagai Asisten Riset/Konsultan pada Harvard Program on Humanitarian Policy and Conflict Research (HPCR), Harvard University.
Sebelum melanjutkan studi ke Amerika Serikat, Totok adalah seorang wartawan selama hampir 11 tahun di beberapa majalah berita terkemuka, seperti Tempo, Editor dan Tiras (1986-1997).
Buku teks yang pernah disusunnya adalah Integrated Marketing Communications in Indonesia: Success Story (2012), The Dancing Leaders 2.0 (2013), telah diterbitkan oleh Gramedia dan Penerbit KOMPAS; co-editor untuk Menyelami Pasar Tanah Abang (2020) oleh Balai Pustaka dan Bergerak dalam Senyap (2022) oleh Expose. Ia juga kerap menulis opini dan menjadi pembicara di beberapa media massa cetak dan elektronik di Indonesia.