SPcom JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa
data terbaru mengenai kasus konfirmasi tercatat ada 88 kasus Monkeypox (Mpox) yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.
Pelaksana Harian (Plh) Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Yudhi Pramono, mengungkapkan bahwa dari 88 kasus tersebut, 54 kasus telah memenuhi kriteria untuk dilakukan whole genome sequencing (WGS) guna mengetahui varian virus yang beredar.
“Dari 54 kasus itu, seluruhnya teridentifikasi sebagai varian Clade IIB. Clade II ini menjadi mayoritas dalam penyebaran wabah Mpox sejak 2022 hingga saat ini, dengan tingkat fatalitas yang lebih rendah dan penularan yang sebagian besar terjadi melalui kontak seksual,” jelas Yudhi, Rabu (21/8/2024).
Monkeypox memiliki dua clade utama, yaitu Clade I yang berasal dari Afrika Tengah (Congo Basin) dengan subclade 1a. Subclade 1a ini dikenal memiliki case fatality rate (CFR) lebih tinggi dibandingkan clade lainnya dan dapat ditularkan melalui beberapa mode transmisi.
Sementara itu, subclade 1b, yang juga termasuk Clade I, sebagian besar ditularkan melalui kontak seksual dengan CFR mencapai 11 persen. Sedangkan Clade II, yang berasal dari Afrika Barat, memiliki dua subclade yaitu IIa dan IIb dengan CFR sebesar 3,6 persen.
Clade II, khususnya subclade IIb, menjadi varian yang paling banyak terlibat dalam penyebaran wabah pada 2022 dan sebagian besar penularannya terjadi melalui kontak seksual.
Secara rinci, kasus Monkeypox tersebar di beberapa wilayah di Indonesia dengan DKI Jakarta sebagai daerah yang mencatat jumlah kasus terbanyak, yakni sebanyak 59 kasus konfirmasi.
Diikuti oleh Jawa Barat dengan 13 kasus, Banten dengan sembilan kasus, Jawa Timur tiga kasus, Daerah Istimewa Yogyakarta tiga kasus, dan Kepulauan Riau dengan satu kasus konfirmasi.
Dari total 88 kasus, sebanyak 87 kasus telah dinyatakan sembuh. Jika dilihat dari tren mingguan kasus konfirmasi Mpox di Indonesia sejak 2022 hingga 2024, puncak kasus tertinggi terjadi pada Oktober 2023.
Kementerian Kesehatan terus memantau perkembangan dan melakukan langkah-langkah preventif untuk mengendalikan penyebaran virus itu, sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan dan mencegah penularan. (SP)