Kehadiran kromoleo juga menjadi pertanda, akan datangnya malapetaka ataupun kematian di desa yang dilewatinya
SPcom JAKARTA – Pernah mendengar kisah hantu keranda atau Kromoleo? Kromoleo dikenal juga sebagai hantu yang berwujud rombongan pengantar jenazah. Bagi masyarakat yang tinggal di desa-desa seperti di kawasan kaki Gunung Merapi, cerita menyangkak ini pastinya sudah tidak asing lagi.
Konon, banyak dari mereka yang pernah mengalami atau melihat langsung penampakan keranda berjalan atau bahkan lengkap bersama para pengiringnya. Dan mereka pun percaya, wilayah yang dilewati hantu atau lelembut jenis ini akan mengalami sripah atau kematian pada salah satu warganya.
Kromoleo akan menampakkan wujudnya berupa keranda berjalan lengkap dengan pengiringnya. Konon, sosok Kromoleo digambarkan orang yang memakai jubah hitam dengan tatapan yang kosong. Cerita urban legend ini juga mulai populer pada tahun 1970 an. Dimana warga setempat merasa ada yang janggal sejak sore menjelang.
Bahkan hingga tengah malam, beberapa warga melihat rombongan yang membawa keranda yang digotong beramai-ramai. Kejadian aneh tersebut akhirnya meluas dan dipercayai memiliki pertanda akan datangnya malapetaka atau kematian pada wilayah tersebut.
Kromoleo sendiri diambil dari seruan rombongan pembawa keranda tersebut yang lewat dengan menyerukan “moleo, moleo, kromoleo”. Sosok Kromoleo ini konon selalu diikuti dengan suara-suara tangisan dan ratapan yang menyeramkan.
Disisi lain keranda yang dibawa berisikan buntalan putih kumal yang mengeluarkan bau busuk yang menyengat. Selain itu, di daerah lain juga terdapat hantu serupa yakni biasa disebut lampor. Hantu lampor ini selalu datang dan meneror warga pada malam hari.
Mitos yang beredar, orang yang dibawa atau terbawa oleh lampor ini akan hilang dan tidak akan bisa kembali lagi. Sekalipun ada yang berhasil kembali, namun dalam kondisi gila atau linglung. (SP)