Menurut Firmansyah,dalam pengelolaan operasional Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, PT ITJ tidak terafiliasi dengan lembaga maupun organisasi manapun
SPcom JAKARTA – Viral konten kreator didesak untuk meminta izin ke salah satu Organisasi Masyarakat (Ormas), saat hendak membuat konten di Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Blok M, Kebayoran baru, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. Terkait hal ini, PT Integrasi Transit Jakarta (PT ITJ) buka suara. Vice President-Corporate Secretary, Legal and Strategy PT ITJ Teuku Firmansyah menegaskan taman itu adalah ruang publik dan tidak ada pungutan sepersen pun. Hal ini untuk merespons kejadian yang terjadi pada Rabu (8/1).
“Pihak tertentu yang mengatasnamakan pengelola Taman Literasi Martha Christina Tiahahu dalam ruang lingkup perizinan kegiatan atau aktivasi di area taman, dapat kami sampaikan bahwa Taman Literasi Martha Christina Tiahahu merupakan ruang publik,” kata Firmansyah dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (12/1).
Menurut Firmansyah bahwa dalam pengelolaan operasional Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, PT ITJ tidak terafiliasi dengan lembaga maupun organisasi manapun. Oleh karena itu, kata Firmansyah, warga yang mendapatkan informasi dan aduan mengenai adanya pihak tertentu yang mengatasnamakan pengelola Taman Literasi Martha Christina Tiahahu ketika melakukan kegiatan atau aktivitas i sekitar area taman diminta menyampaikan laporannya melalui kanal resmi PT ITJ.
“Kemudian secara langsung pada sekuriti dengan tanda pengenal yang berada di area maupun di kantor operasional Taman Literasi,” ucap Firmansyah. Sebelum viral video di media sosial pengunjung nampak hendak membuat semacam konten promosi di area Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Jakarta Selatan.
Selanjutnya mereka didatangi seorang pria yang mengatakan untuk meminta izin terlebih dahulu kepada ormas jika ingin membuat konten. Pria yang menghampiri para warga tersebut mengklaim bahwa ormas itu merupakan pengelola area Taman Literasi Martha Christina Tiahahu dan Blok M. Sempat ada perbincangan, dan para pembuat konten tersebut akhirnya meninggalkan lokasi. (SP)