Konon, tanjakan horor itu dinamai Sengkan Gandrung karena pernah terjadi kecelakaan rombongan gandrung di era penjajahan Belanda
SPcom JAKARTA – Terletak di jalur maut menuju Kawah Ijen, Banyuwangi, Sengkan Gandrung dikenal sebagai tanjakan angker karena sering terdengar suara gamelan dari hutan, serta banyaknya kecelakaan maut yang terjadi di tanjakan ini, Suara gamelan itu dikaitkan dengan mistis karena sumber suara itu benar-benar mustahil. Yakni berasal dari hutan belantara di sekitar jalur yang dipercaya tidak dihuni manusia.
Pengalaman yang sangat ganjil dan membuat bulu kuduk berdiri pernah dialami warga Kecamatan Licin bernama Yahya. Bermula saat Yahya bersama teman-temannya naik Pos Paltuding Kawah Ijen. Selepas itu, Yahya memutuskan pulang sendiri naik motor, ketika teman-temannya melanjutkan pendakian hingga ke Puncak Gunung Ijen
Tiba di Sengkan Gandrung, Yahya mengalaminya. Tiba-tiba ia mendengar suara alunan gending yang cukup keras saat menuruni jalur dengan kemiringan cukup tajam. Peristiwa tak wajar itu sontak membuat bulu kuduknya berdiri. Apalagi dia tahu bahwa kawasan sekitar di jalur itu adalah hutan belantara.
“Jelas kaget. Siapa coba yang tidak merinding, di tengah hutan yang sepi tiba-tiba terdengar suara musik (gending jawa dengan gamelan). Suaranya jelas sekali,” ceritanya, seperti dilansir detikjatim. Tanpa berpikir panjang, Yahya memacu motornya di jalanan yang menurun dan berkelok. Di dalam benaknya saat itu, ia ingin segera keluar dari hutan.
“Alhamdulillah masih diberi keselamatan. Waktu itu saya ngebut sudah. Padahal jalanan menurun dan banyak belokan tajam. Namanya juga orang sedang takut,” ujarnya. Apa yang dialami oleh Yahya itu ternyata kerap dialami oleh wisatawan lainnya dan berkembang menjadi semacam bukti keangkeran Sengkan Gandrung.
Tanjakan sekaligus turunan tajam itu berada 9 kilometer dari Jambu, pintu masuk atau gerbang menuju ke Ijen via Banyuwangi. Jalur turunan dan berkelok menambah angker lokasi itu. Konon, tanjakan horor itu dinamai Sengkan Gandrung karena pernah terjadi kecelakaan rombongan gandrung di era penjajahan Belanda.
Kisah yang dipercaya warga setempat secara turun temurun, rombongan gandrung yang hendak tampil di daerah Sempol Bondowoso itu melalui jalur tanjakan itu naik kereta kuda. Rombongan Gandrung itu selamat, tetapi harus meninggalkan kereta kuda yang tak bisa digunakan lagi karena kuda penarik kereta mati di lokasi itu.Semenjak itulah, tanjakan tersebut dinamai Sengkan Gandrung dan menebarkan aura mistis, yang dipercaya masyarakat sekitar, hingga saat ini. (SP)