Gong tua warisan Engkong Jimin ini bahkan setiap malam harus diberi sesaji.
SPcom JAKARTA – Dari Gang Empang, Tanah Baru Depok, inilah kisah Gong Si Bolong. Melintasi generasi, Gong Si Bolong adalah benda bertuah, yang teruji sejarah. Penemuannya pun, konon, penuh dengan peluh. Ada dua versi angka tahun ditemukannya. Versi pertama Gong Si Bolong ditemukan Engkong Jimin sekitar tahun 1648, sedang versi kedua tahun 1750.
Berusia dua setengah abad, Gong Si Bolong tidak hanya mengalirkan cerita mistis, tapi juga memberi sandaran hidup sejak bergenerasi silam. Jauh sebelum Engkong Buang mewarisi gong keramat itu, Grup Si Bolong terus mengisi sisi-sisi hari warga Depok.
Setelah itu, diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Merengkuh berpuluh keluh, Gong Si Bolong berpacu melawan sang waktu. Ia bukan sekadar alat musik, dengan ratusan tahun usianya, tapi sudah menjadi Pusaka bagi Engkong Buang.
Dan layaknya benda pusaka, cerita-cerita di luar nalar ikut larut terbawa jejak perjalanannya. Tidak hanya Engkong Buang, tentu saja yang bisa mengisahkan sisi-sisi misteri, Gong Si Bolong. Apalagi, konon, di malam-malam tertentu, terutama malam Jumat, ia berbunyi sendiri.
Kekeramatan Gong Si Bolong tidak hanya ditandai bunyi sendiri di malam Jumat. Gong tua warisan Engkong Jimin ini bahkan setiap malam harus diberi sesaji. Maka, begitulah Gong Si Bolong tidak hanya tampil sebagai benda keramat serta artevak tua.
Kehadirannya bahkan diyakini memberi energi positif, sehingga mampu mengalirkan kesembuhan. Mungkin sekadar sugesti diri, tapi yang terjadi, semakin banyak yang percaya, Gong Si bolong bisa menjadi alat penyembuhan. (SP)
