Beberapa orang yang berjualan di sekitar lokasi mengaku, pernah melihat penampakan genderuwo gentayangan
SPcom JAKARTA – Pintu Air Jagir, Surabaya, merupakan salah satu bangunan peninggalan Belanda, yang telah berdiri sejak tahun 1917 oleh pemerintah kolonial Belanda. Terletak di Jalan Jagir, Kelurahan Jagir, Kecamatan Wonokromo, Surabaya, pintu air ini hingga kini masih difungsikan sebagai pengendali banjir di kawasan Surabaya. Namun di balik fungsinya yang cukup vital, beberapa orang yang berjualan di sekitar lokasi mengaku, pernah melihat penampakan genderuwo gentayangan.
Selain keberadaan genderuwo yang menyangkak, salah satu kisah paling terkenal adalah legenda tentang Mbah Kalap dan buaya putih. Mbah Kalap, yang dulunya merupakan penguasa Sungai Jagir pada tahun 70-an hingga 80-an, dipercayai memiliki keterkaitan dengan kejadian-kejadian mistis di sekitar pintu air tersebut.
Bukan hanya itu, banyak orang yang melintas di kawasan pintu air ini seringkali mendengar suara-suara aneh yang meminta tolong. Sungai Jagir sendiri terbagi menjadi dua bagian, yaitu arah timur yang disebut Rolak Lanang dan arah utara yang disebut Rolak Wedok. Kedua bagian sungai tersebut dipercayai sebagai jelmaan dari buaya jantan dan betina yang sering meminta tumbal.
Pintu air Jagir telah menjadi tempat yang memakan banyak korban, dan ironisnya, kebanyakan dari korban-korban tersebut tidak pernah ditemukan. Hal ini menambah misteri dan ketakutan bagi masyarakat sekitar, serta menimbulkan minat yang besar bagi para pencinta misteri untuk mengungkap kebenaran di balik cerita-cerita horor yang menghantui tempat ini.
Tak hanya Mbah Kalap dan buaya putih, kisah mistis di Pintu Air Jagir juga diwarnai dengan cerita tentang suara tangisan anak kecil. Konon, suara tangisan ini berasal dari arwah anak kecil yang tenggelam di sungai. Beragam cerita mistis ini tentu saja menambah daya tarik Pintu Air Jagir bagi para pecinta cerita horor. (SP)